Thursday, February 21, 2013

Adem Ljajic: Bukan Lagi Pemain yang Overrated

Adem Ljajic bukan lagi pemain yang pernah ditampar oleh Delio Rossi dan menyebabkan eks pelatih Fiorentina itu dipecat. Ljajic musim ini adalah Ljajic yang dinilai sudah menjadi lebih baik.

Cerita dengan Delio Rossi itu bukanlah cerita yang mengenakkan buat Ljajic --dan juga Fiorentina-- musim lalu. Kesal karena diganti pada pertengahan laga melawan Novara, Ljajic secara sarkas bertepuk tangan kepada Rossi seraya mengucapkan beberapa patah kata. Beberapa kabar menyebut bahwa Ljajic kata-kata yang diucapkan Ljajic adalah kata-kata hinaan kasar sehingga Rossi pun naik pitam.

Pemain asal Serbia itu kemudian membantah bahwa dia mengucapkan hinaan kasar. Namun, hal itu tidak mengubah fakta bahwa Rossi telah mengamuk, mencekik, dan memukulnya. Kejadian ini terekam jelas oleh kamera televisi sehingga Fiorentina pun mengambil tindakan tak lama setelahnya; Rossi si pelatih itu dipecat.

Insiden itu kemudian membuat nama Ljajic mencuat. Dia dibahas di mana-mana. Ada yang mengomentari insiden itu dan berpendapat bahwa Rossi memang salah, tapi Ljajic juga tidak sepantasnya bersikap sombong. Sementara, ada juga yang menilai bahwa secara permainan malam itu, Ljajic memang biasa-biasa saja sehingga wajar kalau kemudian dia diganti.

Pembicaraan kemudian berkembang menjadi soal tabiat Ljajic dan bagaimana dia bermain di atas lapangan. In Bed with Maradona menulis demikian soal dirinya, "May be great but evidence suggests this could be as good as it gets, one of the most frustrating talents of a generation,". Sementara Zonal Marking menilainya dengan demikian, "A strange player—looks intelligent on the ball but rarely contributes directly to goals. Looks a little too timid at times."

Intinya, dengan segala hype yang menyelimutinya musim lalu, Ljajic dianggap overrated. Padahal dia pernah dinilai sebagai salah satu pemain muda yang menjanjikan.

Saking menjanjikannya Ljajic, Manchester United pun pernah mengontraknya. Tapi, cerita ini juga tidak berakhir mengenakkan. Ljajic mendapatkan deal dengan United pada Januari 2009 setelah melakukan trial dengan klub tersebut. Namun, lantaran masalah izin kerja, Ljajic disebut baru bisa bergabung pada Januari 2010. Tetapi, pada akhirnya deal tersebut batal. United memutus kontrak dan Ljajic tidak jadi bergabung. Alasannya, mereka kesulitan mendapatkan izin kerja.

FK Partizan, klub Ljajic saat itu, mengatakan bahwa Ljajic sempat frustrasi namun bisa menangani situasi itu dengan baik. Sebagai tambahan, Partizan juga menyebut United bakal menyesali keputusan itu.

Kejadian itu juga menimbulkan beberapa pendapat. Bleacher Report menilai bahwa permasalahan utama yang dirasa raksasa Inggris itu bukanlah soal izin kerja. Karena kalaupun soal izin kerja, Ljajic bisa dipinjamkan dulu ke Royal Antwerp. Apa yang menjadi masalah Ljajic adalah tabiatnya yang dinilai agak besar kepala, dan itu terlihat dalam insidennya dengan Rossi.

Terlepas dari berbagai penilaian mengenai perilakunya, Ljajic juga disebut biasa-biasa saja ketika bermain. Key passes yang dilepaskannya dalam pertandingann minim. Sebagai pemain yang biasa beroperasi sebagai gelandang serrang, dia juga hanya melepaskan satu tembakan per pertandingan. Beberapa review bahkan menilai bahwa Ljajic juga tidak bisa berbuat banyak ketika menghadapi lawan yang sebenarnya lebih lemah.

Well, musim lalu adalah musim lalu. Adanya di belakang. Ljajic kemudian menunjukkan perubahan signifikan musim ini. Statistik menunjukkan bahwa dia adalah pemain yang lebih baik dari musim lalu.

Soccernet melansir, musim ini dia sudah bermain sebanyak 17 kali di Seri A, melepaskan 45 tembakan, dan mendapatkan 17 shots on target. Catatan itu sudah melampaui catatannya musim lalu, di mana dia bermain sebanyak 15 kali, melepaskan 13 tembakan, dan hanya mendapatkan 6 shots on target. Musim ini Ljajic juga sudah membuat 3 gol di Seri A, lebih baik dari catatannya musim kemarin, di mana ia hanya mencetak 1 gol. Lalu, bagaimana dengan assist? Jika musim lalu hanya membuat 1 assist, musim ini dia sudah menciptakan 4 assist.

Penampilannya ketika Fiorentina mengalahkan Inter Milan 4-1 adalah salah satu penampilannya yang dipuji. Bersama Stevan Jovetic, dia menyumbang dua gol. Ljajic pun mengakui bahwa itu adalah performa terbaiknya selama berseragam La Viola. Namun, dia enggan meninggi --berkebalikan dengan anggapan dia kerap besar kepala. Menurutnya, Jovetic tampil lebih baik dan tidak penting bagaimana dia bermain, yang terpenting adalah timnya menang.

"Saya pikir, itu adalah permainan terbaik saya selama di sini," ucapnya kepada Fiorentina.it.

"Jovetic adalah pemain yang fenomenal. Anda tidak bisa berbicara buruk mengenai dirinya. Tanpa dia, tim ini bukan apa-apa. Bagi saya, yang terpenting adalah kemenangan untuk tim, bukan saya pribadi. Saya senang dengan kemenangan ini."

Menarik untuk ditunggu apakah Ljajic bisa konsisten bagus sampai akhir musim, seiring dengan target Fiorentina untuk finis di urutan tiga klasemen.

No comments:

Post a Comment