Showing posts with label piala AFF. Show all posts
Showing posts with label piala AFF. Show all posts

Thursday, December 23, 2010

'Tim Muda akan Bawa Malaysia Juara'

Kuala Lumpur - Malaysia optimistis bisa menjuarai Piala AFF 2010. Skuad yang didominasi pemain muda dinilai sebagai modal yang cukup untuk menaklukkan Indonesia.

Malaysia lolos ke final Piala AFF 2010 usai menyingkirkan juara bertahan Vietnam dengan skor agregat 2-0 di semifinal. Di partai final, tim berjuluk Harimau ini akan menantang Indonesia yang sukses menyisihkan Filipina.

Lolosnya Malaysia ke partai puncak memang cukup mengejutkan. Selain mengawali turnamen dengan buruk, kalah telak 1-5 dari Indonesia, mereka juga hanya mengandalkan pemain-pemain muda di turnamen ini.

Dalam turnamen Piala AFF tahun ini, Malaysia memang punya skuad dengan usia rata-rata paling muda, yakni 22,86 tahun. Di antara pasukan K. Rajagopal, hanya ada tiga pemain yang berusia di atas 25 tahun, yakni Mohd Razman Roslan, Mohd Safee Mohd Sali, dan Mohd Amri Yahyah.

Caps yang mereka koleksi pun masih terhitung minim. Pemilik caps terbanyak adalah Mohd Safee Mohd Sali yang telah tampil 23 kali untuk Malaysia.

Skuad Harimau ini sebenarnya disiapkan untuk berprestasi di gelaran Piala AFF edisi selanjutnya pada tahun 2012. Tapi kalau mereka bisa 'meledak' dua tahun lebih cepat, itu jadi kejutan buat semua pihak.

"Anda harus memberikannya kepada anak-anak ini. Mereka kalah dengan buruk (dari Indonesia), lalu mereka bangkit, tak pernah menyerah, dan sekarang Malaysia sampai ke final," ujar pelatih K. Rajagopal, seperti dikutip The Star.

Kapten Mohd Safiq Rahim pun mengamini pernyataan sang pelatih. Menurut Safiq, meski berusia muda, bukan berarti mereka kalah kelas.

"Kami mungkin punya tim yang berusia muda tapi semangat bertempur kami tak kalah. Kami yakin pada diri kami sendiri dan akan all-out di laga final," ujar Safiq.

"Saya punya keyakinan dengan tim muda ini dan jika kami mampu mempertahankan performa kami, kami pasti akan jadi juara," yakin pemain 23 tahun ini.

"Tak ada yang menyangka kami bisa melangkah sejauh ini. Kami akan membuat sejarah dan memenangi Piala AFF," tuntasnya.

Bonus untuk Timnas dari Bakrie

Jakarta - Sebelumnya diindikasikan kalau bonus yang diterima tim nasional Indonesia di Piala AFF 2010 bersumber dari kocek PSSI atau Nurdin Halid selaku ketua umumnya. Tidak tepat demikian karena mayoritas ternyata berasal dari Grup Bakrie.

Keberhasilan timnas Indonesia melaju ke final diganjar dengan bonus besar. Total Rp 2,5 miliar akan digelontorkan oleh Nurdin Halid setelah 'Pasukan Garuda' usai menyisihkan Filipina di semifinal.

"Saya akan mencairkan bonus itu malam ini juga. Saya akan memberikannya kepada pemain langsung," tegas Nurdin kepada wartawan di Kantor PSSI usai laga semifinal leg II kontra Filipina, Minggu (19/12/2010) malam WIB.

"Coba cek saja sendiri di mobil saya, ada uang Rp 2,5 M disitu. Saya akan langsung ke Hotel Sultan untuk bertemu para pemain," sambungnya ketika itu

Selain itu, tambahan bonus bertotal Rp 3 miliar juga dijanjikan kepada timnas Indonesia jika mereka berhasil mengalahkan Malaysia dan jadi jawara Piala AFF 2010.

Akan tetapi, bonus berjumlah Rp 5,5 miliar tersebut ternyata bukan total berasal dari PSSI atau pun Nurdin. Sebagian besar di antaranya adalah sumbangan dari keluarga Bakrie.

"Terima kasih kepada keluarga besar Bakrie selama ini atas segala kontribusi dan donasi untuk persepakbolaan indonesia terutama PSSI," kata Nurdin dalam acara ramah tamah di kediaman keluarga Bakrie di kawasan Menteng, Senin (20/12/2010).

"90 persen donasi dari Bakrie untuk semua level," lanjut Nurdin.

Selain itu, keluarga Bakrie juga akan memberikan sumbangan lain berupa tanah seluas 25 hektar di Jonggol untuk pusat pelatihan sepakbola dan camp training timmas, sebagaimana yang diterangkan oleh Sekretaris Jenderal PSSI Nugraha Besoes di acara yang sama.

Wednesday, December 22, 2010

Ribut-ribut Soal Tiket Sampai Rumitnya Soal Tempat Duduk

Jakarta - Kacaunya manajemen tiket di Piala AFF 2010 sudah banyak dikeluhkan oleh suporter dan masyarakat. Hal ini kemudian ditanggapi panitia lokal dengan permintaan maaf.

"Kayaknya yang nonton ramai, dapat tiketnya saya dengar juga susah. Lagian (tiketnya) mahal. Saya mendingan nonton di televisi," ujar Hasanudin Camdi, seorang sopir taksi, kala berbincang dengan detikSport dalam perjalanan menuju Senayan, Minggu (19/12/2010).

Sesampainya di Stadion Gelora Bung Karno, ucapan pak Hasanudin terbukti. Banyak suporter sudah memadati area sekitar stadion, banyak pula yang masih antre untuk menukarkan kuitansi dengan tiket, dan banyak juga yang masih bertanya-tanya ke mana mereka harus membeli tiket.

Di depan kantor PSSI, sekelompok orang lainnya tengah melancarkan protes. Mereka dijanjikan akan diprioritaskan untuk mendapatkan pelayanan tiket dengan kupon yang sudah dibagikan sehari sebelumnya.

Menurut pengakuan beberapa di antaranya, mereka sudah berada di area GBK sejak pukul 6, berputar-putar mencari ke mana harus membeli tiket dengan kupon tersebut, tapi respon yang didapat malah dilempar-lempar dari loket ke loket, hingga akhirnya "terdampar" di depan gerbang kantor PSSI.

Protes tersebut berlangsung damai, tapi mereka terus berteriak meminta kepastian. Beberapa mengacung-acungkan kupon sebagai bukti janji yang diberikan kepada mereka sebelumnya, sebagian lainnya mengacung-acungkan uang 50 ribuan dan 100 ribuan sebagai bukti bahwa mereka datang untuk membeli tiket, bukan suporter liar.

Singkat cerita, sampai akhirnya laga Indonesia vs Filipina digelar, masih banyak orang yang tak kebagian tiket. Bahkan ada beberapa yang sudah memiliki tiket tapi tak bisa masuk ke dalam stadion lantaran tak diizinkan penjaga pintu masuk.

Alasannya? Kapasitas stadion sudah penuh. Kok bisa?

Entahlah. Tapi yang pasti kondisi di dalam stadion pun sama rumitnya.

Beberapa wartawan media yang memiliki akreditasi khusus Piala AFF tak kebagian tempat duduk. Penyebabnya, tempat duduk yang sudah dialokasikan oleh para pewarta ini sudah ditempati oleh pemegang tiket VIP Barat. Mengapa para pemegang tiket itu bisa sampai duduk di tribun media? Jawabannya karena kursi di VIP Barat sudah terisi penuh.

Aneh. Karena semestinya jumlah tiket VIP Barat yang tersedia sesuai dengan jumlah bangku.

Sudah penuh seperti itu, para suporter yang merasa sudah membeli tiket VIP Barat terus berdatangan masuk. Imbasnya, para penonton itu harus rela menonton sambil berdiri atau duduk di tangga tribun.

"Masa sudah beli mahal-mahal tidak menonton dari bangku," ujar Sani, seorang warga dari Cipete, yang kebetulan berada di samping detikSport.

Kerisauan para penonton itu akhirnya terlupakan setelah menyaksikan Indonesia bertanding. Ketika Cristian Gonzales membobol jala Neil Etheridge, pekik riang tak terhindarkan. Menonton dari tangga pun jadi seperti tak masalah.

Tapi masalah tetaplah masalah. Harus ada jalan keluar supaya hal serupa tak sampai terulang lagi. Dan akhirnya seusai laga, Ketua Panitia Lokal (LOC) Joko Driyono menyampaikan permintaan maaf atas kerumitan yang terjadi itu.

"Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia. Selain itu, kami, panitia, meminta maaf atas penyelenggaraan ini. Kami sudah bekerja semaksimal mungkin. Tentu saja ada kekurangan sana-sini," katanya.

Joko menganalisis ini adalah sebab dari over-demand tiket dari suporter. Banyaknya permintaan yang kemudian ditanggapi dengan ketidaktegasan panitia yang terus menuruti permintaan suporter, hingga akhirnya jadi kacau. Padahal, akan lebih baik jika mereka dengan tegas menyatakan bahwa tiket dicetak terbatas atau sudah sold out sehingga para suporter pun jadi tak berharap atau dibuai janji.

"Yang terjadi di sini adalah over-demand. Panitia membuat kebijakan drastis dengan menuruti permintaan suporter. Salah satu keputusan accidental dari panitia adalah pengadaan kupon tersebut," tukas Joko.

Indonesia masih akan menjadi tuan rumah satu kali lagi, yakni untuk leg II final pada 29 Desember mendatang. Tentu, kacaunya manajemen tiket seperti ini diharapkan tak terulang lagi.