Jakarta - Kalau Anda menilai penampilan timnas Indonesia saat ini sangat jauh lebih baik, maka berterimakasihlah kepada Alfred Riedl. Untuk beberapa hal, Riedl ternyata punya kesamaan dengan Marcello Lippi. Soal apa?
Riedl bukanlah sosok pelatih yang suka sesumbar. Setiap ditanya bagaimana peluang Indonesia menjuarai Piala AFF tahun ini, ia selalu menjawab bahwa peluang 'Merah-Putih' sama dengan para pesaing lainnya. Terakhir, ia menyebut peluang Indonesia dan Malaysia di final sama kuat, yakni 50:50.
Riedl juga bukan pelatih yang arogan. Ia memang kerap meneriaki anak-anak asuhnya dari pinggir lapangan, tapi tengok kala Indonesia mencetak gol. Pria asal Austria itu memang kerap mengepalkan tangan, tanda kepuasan. Tapi selebihnya, ekspresinya dingin.
Ia juga terkenal tegas dan tak mau ambil kompromi. Namun, ia tahu bagaimana melindungi pemainnya. Ingat ketika dia mulai terganggu media massa yang meliput latihan timnya, ia langsung mengarantina pemain-pemainnya.
Dari sisi taktik, Riedl menanamkan kebiasaan kepada pemainnya untuk melakukan satu-dua sentuhan kala menguasai bola. DetikSport menyaksikan sendiri dalam latihan timnas bahwa melakukan tiga sentuhan terhadap bola adalah sebuah "pelanggaran". Hasilnya? Di lapangan Firman Utina dkk. dengan lancar mengalirkan bola dari kaki ke kaki.
Hal tersebut diakui oleh pelatih Filipina, Simon McMenemy, usai timnya ditalukkan 0-1 di leg I semifinal 16 Desember silam. "Mereka mampu mengalirkan bola lebih baik dari kami," ucapnya.
Dalam urusan latihan itulah Riedl juga punya kebiasaan lain. Pelatih berusia 61 tahun itu selalu masuk lapangan lebih dulu dibandingkan para pemainnya, berputar mengelilingi lapangan, hanya untuk memastikan kondisi lapangan yang bakal dijejaki oleh anak-anak asuhnya berada dalam kondisi yang baik.
Tak hanya itu, ia juga kerap menaruh pancang-pancang yang digunakan untuk berlatih dengan tangannya sendiri. Bisa jadi, ini adalah salah satu usahanya menerapkan setiap detil latihan kepada skuadnya.
Nah, rupanya bukan cuma Riedl seorang yang punya kebiasaan demikian terhadap timnya. Lippi, eks pelatih timnas Italia, rupanya punya ritual yang sama sebelum memberikan latihan kepada skuadnya.
Kala detikSport menyaksikan bagaimana dia melatih Gli Azzurri di Piala Dunia 2010 silam, Lippi selalu masuk ke lapangan lebih dulu untuk memeriksa kondisi lapangan dan tak jarang juga menaruh pancang-pancang untuk berlatih dengan tangannya sendiri.
Namun, kalau Lippi, sebagaimana alamiahnya orang Italia, punya filosofi sepakbola bertahan yang kental, tidak demikian halnya dengan Riedl. Ia paling anti dengan bermain bertahan.
"Sepakbola kami bukanlah sepakbola defensif. Pilihannya adalah entah itu bermain terbuka atau bermain menyerang," tukasnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment