Zurich - Teknologi garis gawang, jadi
digunakan atau tidak? Keputusan tersebut bisa jadi akan diputuskan dalam
rapat para pembuat peraturan aturan sepakbola di markas besar FIFA,
Kamis (5/7/2012) waktu setempat.
Wacana untuk menggunakan teknologi garis gawang kembali mencuat setelah gol Ukraina ke gawang Inggris di Piala Eropa dinilai tidak sah. Ketika itu, bola dihalau oleh John Terry tepat di garis gawang. Namun, dari siaran ulang, terlihat bahwa bola sudah melewati garis gawang.
Keputusan wasit yang menilai bola belum melewati garis gawang ditanggapi dengan berang oleh pelatih Ukraina, Oleh Blokhin. Padahal, UEFA sudah mempekerjakan dua asisten wasit tambahan di masing-masing gawang tim. Hal ini tadinya dilakukan untuk mencegah gol-gol hantu seperti itu terjadi.
Setelah kejadian itu, Presiden FIFA, Sepp Blatter, menyuarakan dukungannya untuk penggunaan teknologi garis gawang.
"Setelah pertandingan itu, teknologi garis gawang bukan lagi pilihan alternatif, tapi sebuah keharusan," ucapnya seperti dilansir Reuters.
Dua tahun lalu, Inggris juga sempat dirugikan oleh kejadian seperti itu. Kala itu, tendangan Frank Lampard yang sudah melewati garis gawang Jerman dianggap tidak sah.
Kendati demikian, tak semua orang setuju dengan penggunaan teknologi garis gawang. Presiden UEFA, Michel Platini, sudah cukup percaya dengan sistem dua asisten wasit di masing-masing gawang tim.
Di sisi lain, IFAB (Perkumpulan Federasi-Federasi Sepakbola Internasional ) telah mensahkan keputusan penggunaan teknologi garis gawang pada Mei silam. Namun, keputusan itu ditunda pelaksanaannya sembari menunggu tes dari teknologi garis gawang itu sendiri.
Wacana untuk menggunakan teknologi garis gawang kembali mencuat setelah gol Ukraina ke gawang Inggris di Piala Eropa dinilai tidak sah. Ketika itu, bola dihalau oleh John Terry tepat di garis gawang. Namun, dari siaran ulang, terlihat bahwa bola sudah melewati garis gawang.
Keputusan wasit yang menilai bola belum melewati garis gawang ditanggapi dengan berang oleh pelatih Ukraina, Oleh Blokhin. Padahal, UEFA sudah mempekerjakan dua asisten wasit tambahan di masing-masing gawang tim. Hal ini tadinya dilakukan untuk mencegah gol-gol hantu seperti itu terjadi.
Setelah kejadian itu, Presiden FIFA, Sepp Blatter, menyuarakan dukungannya untuk penggunaan teknologi garis gawang.
"Setelah pertandingan itu, teknologi garis gawang bukan lagi pilihan alternatif, tapi sebuah keharusan," ucapnya seperti dilansir Reuters.
Dua tahun lalu, Inggris juga sempat dirugikan oleh kejadian seperti itu. Kala itu, tendangan Frank Lampard yang sudah melewati garis gawang Jerman dianggap tidak sah.
Kendati demikian, tak semua orang setuju dengan penggunaan teknologi garis gawang. Presiden UEFA, Michel Platini, sudah cukup percaya dengan sistem dua asisten wasit di masing-masing gawang tim.
Di sisi lain, IFAB (Perkumpulan Federasi-Federasi Sepakbola Internasional ) telah mensahkan keputusan penggunaan teknologi garis gawang pada Mei silam. Namun, keputusan itu ditunda pelaksanaannya sembari menunggu tes dari teknologi garis gawang itu sendiri.
No comments:
Post a Comment