Adem Ljajic bukan lagi pemain yang pernah ditampar oleh Delio Rossi dan
menyebabkan eks pelatih Fiorentina itu dipecat. Ljajic musim ini adalah
Ljajic yang dinilai sudah menjadi lebih baik.
Cerita dengan Delio
Rossi itu bukanlah cerita yang mengenakkan buat Ljajic --dan juga
Fiorentina-- musim lalu. Kesal karena diganti pada pertengahan laga
melawan Novara, Ljajic secara sarkas bertepuk tangan kepada Rossi seraya
mengucapkan beberapa patah kata. Beberapa kabar menyebut bahwa Ljajic
kata-kata yang diucapkan Ljajic adalah kata-kata hinaan kasar sehingga
Rossi pun naik pitam.
Pemain asal Serbia itu kemudian membantah
bahwa dia mengucapkan hinaan kasar. Namun, hal itu tidak mengubah fakta
bahwa Rossi telah mengamuk, mencekik, dan memukulnya. Kejadian ini
terekam jelas oleh kamera televisi sehingga Fiorentina pun mengambil
tindakan tak lama setelahnya; Rossi si pelatih itu dipecat.
Insiden
itu kemudian membuat nama Ljajic mencuat. Dia dibahas di mana-mana. Ada
yang mengomentari insiden itu dan berpendapat bahwa Rossi memang salah,
tapi Ljajic juga tidak sepantasnya bersikap sombong. Sementara, ada
juga yang menilai bahwa secara permainan malam itu, Ljajic memang
biasa-biasa saja sehingga wajar kalau kemudian dia diganti.
Pembicaraan kemudian berkembang menjadi soal tabiat Ljajic dan bagaimana dia bermain di atas lapangan. In Bed with Maradona menulis demikian soal dirinya, "May be great but evidence suggests this could be as good as it gets, one of the most frustrating talents of a generation,". Sementara Zonal Marking menilainya dengan demikian, "A strange player—looks intelligent on the ball but rarely contributes directly to goals. Looks a little too timid at times."
Intinya, dengan segala hype yang menyelimutinya musim lalu, Ljajic dianggap overrated. Padahal dia pernah dinilai sebagai salah satu pemain muda yang menjanjikan.
Saking
menjanjikannya Ljajic, Manchester United pun pernah mengontraknya.
Tapi, cerita ini juga tidak berakhir mengenakkan. Ljajic mendapatkan
deal dengan United pada Januari 2009 setelah melakukan trial dengan klub
tersebut. Namun, lantaran masalah izin kerja, Ljajic disebut baru bisa
bergabung pada Januari 2010. Tetapi, pada akhirnya deal tersebut batal.
United memutus kontrak dan Ljajic tidak jadi bergabung. Alasannya,
mereka kesulitan mendapatkan izin kerja.
FK Partizan, klub Ljajic
saat itu, mengatakan bahwa Ljajic sempat frustrasi namun bisa menangani
situasi itu dengan baik. Sebagai tambahan, Partizan juga menyebut
United bakal menyesali keputusan itu.
Kejadian itu juga menimbulkan beberapa pendapat. Bleacher Report
menilai bahwa permasalahan utama yang dirasa raksasa Inggris itu
bukanlah soal izin kerja. Karena kalaupun soal izin kerja, Ljajic bisa
dipinjamkan dulu ke Royal Antwerp. Apa yang menjadi masalah Ljajic
adalah tabiatnya yang dinilai agak besar kepala, dan itu terlihat dalam
insidennya dengan Rossi.
Terlepas dari berbagai penilaian mengenai perilakunya, Ljajic juga disebut biasa-biasa saja ketika bermain. Key passes yang
dilepaskannya dalam pertandingann minim. Sebagai pemain yang biasa
beroperasi sebagai gelandang serrang, dia juga hanya melepaskan satu
tembakan per pertandingan. Beberapa review bahkan menilai bahwa Ljajic juga tidak bisa berbuat banyak ketika menghadapi lawan yang sebenarnya lebih lemah.
Well,
musim lalu adalah musim lalu. Adanya di belakang. Ljajic kemudian
menunjukkan perubahan signifikan musim ini. Statistik menunjukkan bahwa
dia adalah pemain yang lebih baik dari musim lalu.
Soccernet melansir, musim ini dia sudah bermain sebanyak 17 kali di Seri A, melepaskan 45 tembakan, dan mendapatkan 17 shots on target.
Catatan itu sudah melampaui catatannya musim lalu, di mana dia bermain
sebanyak 15 kali, melepaskan 13 tembakan, dan hanya mendapatkan 6 shots on target.
Musim ini Ljajic juga sudah membuat 3 gol di Seri A, lebih baik dari
catatannya musim kemarin, di mana ia hanya mencetak 1 gol. Lalu,
bagaimana dengan assist? Jika musim lalu hanya membuat 1 assist, musim ini dia sudah menciptakan 4 assist.
Penampilannya
ketika Fiorentina mengalahkan Inter Milan 4-1 adalah salah satu
penampilannya yang dipuji. Bersama Stevan Jovetic, dia menyumbang dua
gol. Ljajic pun mengakui bahwa itu adalah performa terbaiknya selama
berseragam La Viola. Namun, dia enggan meninggi --berkebalikan
dengan anggapan dia kerap besar kepala. Menurutnya, Jovetic tampil lebih
baik dan tidak penting bagaimana dia bermain, yang terpenting adalah
timnya menang.
"Saya pikir, itu adalah permainan terbaik saya selama di sini," ucapnya kepada Fiorentina.it.
"Jovetic
adalah pemain yang fenomenal. Anda tidak bisa berbicara buruk mengenai
dirinya. Tanpa dia, tim ini bukan apa-apa. Bagi saya, yang terpenting
adalah kemenangan untuk tim, bukan saya pribadi. Saya senang dengan
kemenangan ini."
Menarik untuk ditunggu apakah Ljajic bisa
konsisten bagus sampai akhir musim, seiring dengan target Fiorentina
untuk finis di urutan tiga klasemen.